Zaman permulaan Kesultanan Demak

Sebahagian rencana ini mengandungi kandungan menggunakan bahasa yang terlalu mengikuti baku negara tertentu hasil pengambilan semula sumber ditulis dari negara sedemikian sebagai asasnya. Anda diminta sunting semula kandungan rencana ini agar istilah dipakai seimbang dan selaras serta jelas difahami umum dalam kalangan pembaca negara-negara Nusantara lain menggunakan laman Istilah MABBIM kelolaan Dewan Bahasa dan Pustaka. Silalah membantu.
Kata nama khas dan petikan media tertentu (seperti daripada akhbar-akhbar atau dokumen rasmi) perlu dikekalkan untuk tujuan rujukan. Sumber perkamusan dari Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia juga disediakan serta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia juga disediakan untuk pemeriksaan silang.
Anda boleh rujuk: Laman PerbincangannyaDasar dan Garis Panduan WikipediaManual Menyunting

Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemunduran Majapahit, secara praktis beberapa wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas kadipaten-kadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris takhta Majapahit.

Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahawa Demak merupakan penganti langsung dari Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra Majapahit terakhir. Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po.[2] Kemungkinan besar putranya adalah orang yang oleh Tomé Pires dalam Suma Oriental-nya dijuluki "Pate Rodim", mungkin dimaksudkan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal sekitar tahun 1504. Putra atau adik Rodim, yang bernama Trenggana bertakhta dari tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546. Di antara kedua masa ini yang bertakhta adalah iparnya, Raja Yunus (Pati Unus) dari Jepara. Sementara pada masa Trenggana sekitar tahun 1527 ekspansi militer Kerajaan Demak berhasil menundukkan Majapahit.

Berdasarkan Babad Tanah Jawi, pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Fatah atau Praba atau Raden Bagus Kasan (Hasan) memiliki gelar Jin Bun (gelar Cina) sering disebut juga Senapati Jinbun atau Panembahan Jinbun bergelar Sultan Syah Alam Akbar Al-Fatah. (1455-1518) Memerintah Kerajaan Demak tahun 1500 - 1518.

Raden Fatah merupakan anak Raja Wilwatikta (Majapahit versi orientalis Belanda) bernama Brawijaya V yang lahir di Kota Palembang dari permaisuri (selir) bernama Siu Ban Ci (menurut Purwaka Caruban Nagari) Brawijaya V berdarah Tionghoa puteri dari Kyai Batong (Tan Go Hwat), perasaan cemburu permaisuri Brawijaya V Ratu Dwarawati menyebabkan maka Siu Ban Ci hijrah ke Palembang bersama Ario Damar, anak dari Brawijaya III.

Dwarawati berkahwin bersama Ario Damar, hubungan mereka melahirkan seorang putera bernama Raden Kusen. Saat Ciu Ban Ci hijrah ke Palembang sedang hamil anak dari Brawijaya V dan melahirkan Raden Fatah di Kota Palembang. Gelar lengkap Raden Fatah Senapati Jimbun Abdurahman Penembahan Palembang Sayidin Panatagama Sultan Syah Alam Akbar Al-Fatah.